HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI

Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi atau jumlah hemoglobin berada dibawah batas normal. Gejala yang sering dialami antara lain lesu, lemah, pusing, mata berkunangkunang, dan wajah pucat. Anemia dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar karena kurangnya konsentrasi.

Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin. Akibatnya, sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan tidak berfungsi secara normal (hipoksemia). Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:

  • Produksi sel darah merah yang kurang.
  • Kehilangan darah secara berlebihan.
  • Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat

Berdasarkan penyebab anemia, maka anemia dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu; anemia akibat perdarahan, anemia gizi (anemia defisiensi besi, anemia defisiensi asam folat dan vitamin B12), anemia pada penyakit kronik (anemia pada infeksi HIV, pada penyakit rematik, anemia pada keganasan dan lain-lain), anemia akibat kegagalan produksi sel darah merah di sumsum tulang.

Anemia yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah anemia defisiensi besi, diikuti oleh anemia pada penyakit kronis. Pada anemia defisiensi besi terdapat penurunan zat besi yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin. Anemia pada penyakit kronik terjadi gangguan dalam penggunaan zat besi untuk pembentukan hemoglobin. Pada penyakit/radang kronik zat besi di dalam tubuh tidak dapat digunakan karena proses radang yang terjadi menghambat penggunaan zat besi untuk membentuk hemoglobin. Karena penyebab utamanya adalah radang maka anemia ini dapat terjadi pada siapa saja yang mengalami penyakit/peradangan.

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering terjadi pada remaja, karena kebutuhan yang tinggi untuk pertumbuhan.  Anemia kurang zat besi lebih banyak terjadi pada remaja putri dibanding remaja putra. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi anemia gizi pada remaja putri usia (10-18 tahun) 57,1%. Remaja putri cenderung melakukan diet sehingga dapat menyebabkan asupan zat gizi berkurang termasuk zat besi. Selain itu adanya siklus menstruasi setiap bulan merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri mudah terkena anemia defisiensi besi.

Anemia kurang besi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, kurangnya mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap (heme iron), sedangkan bahan makanan nabati (non-heme iron) merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap sehingga dibutuhkan porsi yang besar untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam seharinya. Bisa juga disebabkan karena kekurangan zat gizi yang berperan dalam penyerapan zat besi seperti, protein dan vitamin C. Konsumsi makanan tinggi serat, tannin dan phytat dapat menghambat penyerapan zat besi. Berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi besi, antara lain pola haid, pengetahuan tentang anemia, dan status gizi. Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat juga sering terjadi pada remaja karena kurangnya pemenuhan zat gizi tersebut.

Tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hal ini dikarenakan sebagian besar subjek tergolong dalam status gizi normal. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan zat gizi penyuplai energi terbesar bagi tubuh. Asupan energi kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan terjadi penurunan status gizi, bila asupan energi seimbang akan membantu memelihara status gizi normal dan jika asupan energi berlebihan atau berkurangnya pengeluaran energi berpotensi terjadinya kegemukan.

Anemia menimbulkan dampak pada remaja secara umum yaitu penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran & produktivitas. Pada remaja perempuan anemia dapat berakibat memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur, dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Anemia pun akan berdampak pada terganggunya pertumbuhan dan perkembangan, kurang konsentrasi di sekolah hingga prestasi menurun, sistem kekebalan tubuh yang kurang, tubuh kurang zat besi sehingga wajah pucat, gangguan koordinasi gerak tubuh, serta lebih parah dapat menimbulkan masalah jantung karena pada saat anemia jantung akan memompa darah lebih banyak.

 

 

By admin